Sabtu, 15 Maret 2008

Konfigurasi Jaringan Mandrake 10 dan Windows XP untuk File Sharing


Satu hal yang menjadikan Linux sangat terkenal adalah ketangguhan dan kompabilitas networking-nya, ironis memang apabila kita menggunakan Linux tetapi belum dapat menikmati fasilitas ini. Apalagi hanya untuk sekedar file sharing dengan Windows, sehingga kita tetap dapat berbagi file dengan teman sekerja walaupun kita menggunakan Linux. Ingat apabila UU HAKI benar-benar diterapkan dimasa mendatang dan kita harus memakai Linux sebagai sistem operasi kita maka sebaiknya mulai sekarang kita harus mempersiapkan diri untuk menggunakan Linux ini.

Mungkin sudah banyak tutorial mengenai konfigurasi jaringan untuk Linux ini tetapi dalam hal ini penulis hanya sekedar menuliskan pengalaman mengkonfigurasikan jaringan pada Linux Mandrake 10 untuk dikoneksikan dengan Windows XP untuk kepentingan file sharing. Kalau dalam penulisan ini dirasa kurang sistematis dan ilmiah sebelumnya penulis mohon maaf.

Software yang perlu Anda persiapkan adalah:

- tmdns-0.1-12mdk.i586.rpm
- zcip-4-3mdk.i586.rpm
- samba-common-3.0.2a-3mdk.i586.rpm
- samba-client-3.0.2a-3mdk.i586.rpm

Semuanya berada di CD pertama Mandrake 10.

Untuk hardware yang perlu dipersiapkan adalah:

- LAN Card
- Kabel UTP
- RJ-45
- HUB (apabila untuk koneksi lebih dari 2 komputer)

Setelah semua persiapan selesai, langkah pertama pastikan semua hardware bekerja dengan baik. Apabila komputer yang akan Anda hubungkan hanya 2 komputer dan tanpa hub maka tipe konfigurasi kabelnya adalah cross cable namun bila Anda akan menghubungkan 2 komputer atau lebih dengan menggunakan hub maka konfigurasi kabel Anda harus straight cable. Berikut konfigurasi untuk cross cable:

1 ==>> 3
2 ==>> 6
3 ==>> 1
4 ==>> 4
5 ==>> 5
6 ==>> 2
7 ==>> 7
8 ==>> 8

Deret angka diatas adalah urutan warna dari kabel yang ada di kabel UTP, sebelah kiri adalah ujung kabel yang satu dan sebelah kanan adalah ujung kabel lainnya. Untuk urutan warna penulis biasanya menggunakan standar EIA/TIA 568A (Hijau Putih, Hijau, Orange Putih, Biru, Biru Putih, Orange, Coklat Putih dan Coklat. Hal ini suka disingkat dengan HPH OPBBP OCPC atau terserah Anda asal urutannya konsisten.

Setelah semua konfigurasi hardware dirasa sudah beres semua maka sekarang tinggal konfigurasi software. Install semua software yang sudah dipersiapkan sebelumnya dengan urutan seperti diatas. Untuk instalasi Anda bisa menggunakan text mode maupun GUI, untuk text mode maka Anda bisa menggunakan konsole atau gnome-terminal atau aplikasi shell command lainnya dengan perintah rpm -i paket_yang_mau_diinstall.rpm dan tentunya Anda harus login sebagi root. Atau kalau Anda memakai konqueror untuk file explorernya maka Anda bisa klik kanan pake yang mau diinstall kemudian pilih software installer, kemudian dialog berikutnya akan menuntun Anda.

Yang perlu Anda konfigurasikan sekarang adalah IP dan network mountingnya. Silahkan buka Mandrake Control Center, kemudian masuk ke menu Network and Internet, New Conection, kemudian pilih untuk mengkonfigurasikan LAN, setelah itu masukan pilih katu jaringan mana yang akan Anda konfigurasikan. Untuk lebih gampangnya pilih kartu jaringan yang dikenali oleh Linux (opsi no2) jangan manual. Klik next kemudian untuk konfigurasi IP pilih secara manual jangan otomatis DHCP, isikan IP kelac C saja misal 192.168.11.1 yang tentunya di Windows XP sudah di beri IP 192.168.11.2 dan untuk subnetnya 255.255.255.0.

Setelah itu kita lanjutkan dengan mengisi host name isikan dengan sesuai keinginan Anda dan untuk DNS server 1 isikan 192.168.11.1 dan 192.168.11.2 untuk DNS server 2 namun kosongkan saja untuk DNS server 3, domain search, dan gateway-nya. Selanjutnya isikan nama zeroconf sesuka Anda, klik next dan pilih untuk mengaktifkan jaringan pada waktu boot setelah itu reboot Linux Anda.

Setelah login apabila semua berjalan baik maka silahkan ping melalui konsole ke komputer Windows XP misalnya $ping 192.168.11.2 dan $ping 192.168.11.1 (komputer sendiri) kalau ada reply berarti Anda sudah berhasil mengkonfigurasikan IP tinggal langkah terakhir yaitu mengkonfigurasikan network mountingnya. Untuk mengkonfigurasikan network mountingnya silahkan Anda membuka Mandrake Control Center kemudian masuk ke menu mounting kemudian pilih submenu Samba Mount Point, setelah tampilan Samba Mount Point sudah muncul silahkan klik search server maka beberapa detik kemudian akan muncul nama komputer tetangga Anda tinggal double klik komputer tersebut dan masukan user name, password dan domainnya (nama komputer yg bersangkutan) setelah Anda masuk silahkan tentukan posisi mount folder share yang ada dan silakan lakukan mount. Silakan periksa di mana Anda me-mounting folder tersebut dengan file manager nautilus atau konqueror.

Konfigurasi Jaringan Mandrake 10 dan Windows XP untuk File Sharing


Satu hal yang menjadikan Linux sangat terkenal adalah ketangguhan dan kompabilitas networking-nya, ironis memang apabila kita menggunakan Linux tetapi belum dapat menikmati fasilitas ini. Apalagi hanya untuk sekedar file sharing dengan Windows, sehingga kita tetap dapat berbagi file dengan teman sekerja walaupun kita menggunakan Linux. Ingat apabila UU HAKI benar-benar diterapkan dimasa mendatang dan kita harus memakai Linux sebagai sistem operasi kita maka sebaiknya mulai sekarang kita harus mempersiapkan diri untuk menggunakan Linux ini.

Mungkin sudah banyak tutorial mengenai konfigurasi jaringan untuk Linux ini tetapi dalam hal ini penulis hanya sekedar menuliskan pengalaman mengkonfigurasikan jaringan pada Linux Mandrake 10 untuk dikoneksikan dengan Windows XP untuk kepentingan file sharing. Kalau dalam penulisan ini dirasa kurang sistematis dan ilmiah sebelumnya penulis mohon maaf.

Software yang perlu Anda persiapkan adalah:

- tmdns-0.1-12mdk.i586.rpm
- zcip-4-3mdk.i586.rpm
- samba-common-3.0.2a-3mdk.i586.rpm
- samba-client-3.0.2a-3mdk.i586.rpm

Semuanya berada di CD pertama Mandrake 10.

Untuk hardware yang perlu dipersiapkan adalah:

- LAN Card
- Kabel UTP
- RJ-45
- HUB (apabila untuk koneksi lebih dari 2 komputer)

Setelah semua persiapan selesai, langkah pertama pastikan semua hardware bekerja dengan baik. Apabila komputer yang akan Anda hubungkan hanya 2 komputer dan tanpa hub maka tipe konfigurasi kabelnya adalah cross cable namun bila Anda akan menghubungkan 2 komputer atau lebih dengan menggunakan hub maka konfigurasi kabel Anda harus straight cable. Berikut konfigurasi untuk cross cable:

1 ==>> 3
2 ==>> 6
3 ==>> 1
4 ==>> 4
5 ==>> 5
6 ==>> 2
7 ==>> 7
8 ==>> 8

Deret angka diatas adalah urutan warna dari kabel yang ada di kabel UTP, sebelah kiri adalah ujung kabel yang satu dan sebelah kanan adalah ujung kabel lainnya. Untuk urutan warna penulis biasanya menggunakan standar EIA/TIA 568A (Hijau Putih, Hijau, Orange Putih, Biru, Biru Putih, Orange, Coklat Putih dan Coklat. Hal ini suka disingkat dengan HPH OPBBP OCPC atau terserah Anda asal urutannya konsisten.

Setelah semua konfigurasi hardware dirasa sudah beres semua maka sekarang tinggal konfigurasi software. Install semua software yang sudah dipersiapkan sebelumnya dengan urutan seperti diatas. Untuk instalasi Anda bisa menggunakan text mode maupun GUI, untuk text mode maka Anda bisa menggunakan konsole atau gnome-terminal atau aplikasi shell command lainnya dengan perintah rpm -i paket_yang_mau_diinstall.rpm dan tentunya Anda harus login sebagi root. Atau kalau Anda memakai konqueror untuk file explorernya maka Anda bisa klik kanan pake yang mau diinstall kemudian pilih software installer, kemudian dialog berikutnya akan menuntun Anda.

Yang perlu Anda konfigurasikan sekarang adalah IP dan network mountingnya. Silahkan buka Mandrake Control Center, kemudian masuk ke menu Network and Internet, New Conection, kemudian pilih untuk mengkonfigurasikan LAN, setelah itu masukan pilih katu jaringan mana yang akan Anda konfigurasikan. Untuk lebih gampangnya pilih kartu jaringan yang dikenali oleh Linux (opsi no2) jangan manual. Klik next kemudian untuk konfigurasi IP pilih secara manual jangan otomatis DHCP, isikan IP kelac C saja misal 192.168.11.1 yang tentunya di Windows XP sudah di beri IP 192.168.11.2 dan untuk subnetnya 255.255.255.0.

Setelah itu kita lanjutkan dengan mengisi host name isikan dengan sesuai keinginan Anda dan untuk DNS server 1 isikan 192.168.11.1 dan 192.168.11.2 untuk DNS server 2 namun kosongkan saja untuk DNS server 3, domain search, dan gateway-nya. Selanjutnya isikan nama zeroconf sesuka Anda, klik next dan pilih untuk mengaktifkan jaringan pada waktu boot setelah itu reboot Linux Anda.

Setelah login apabila semua berjalan baik maka silahkan ping melalui konsole ke komputer Windows XP misalnya $ping 192.168.11.2 dan $ping 192.168.11.1 (komputer sendiri) kalau ada reply berarti Anda sudah berhasil mengkonfigurasikan IP tinggal langkah terakhir yaitu mengkonfigurasikan network mountingnya. Untuk mengkonfigurasikan network mountingnya silahkan Anda membuka Mandrake Control Center kemudian masuk ke menu mounting kemudian pilih submenu Samba Mount Point, setelah tampilan Samba Mount Point sudah muncul silahkan klik search server maka beberapa detik kemudian akan muncul nama komputer tetangga Anda tinggal double klik komputer tersebut dan masukan user name, password dan domainnya (nama komputer yg bersangkutan) setelah Anda masuk silahkan tentukan posisi mount folder share yang ada dan silakan lakukan mount. Silakan periksa di mana Anda me-mounting folder tersebut dengan file manager nautilus atau konqueror.

Jaringan Core GPRS

Sistem GPRS (General Packet Radio Services) digunakan oleh GSM Mobile phones, Sistem telepon mobile terpopuler di dunia (sejak 2004), untuk transmisi Packet IP. GPRS Core Network adalah bagian terpusat dari sistem GPRS yang juga mendukung jaringan WCDMA berbasis 3G. GPRS Core Network adalah bagian yang terintegrasi dengan GSM Core Network.

Struktur GPRS core network

GPRS Core Network menyediakan mobility management, session management dan transport untuk paket Internet Protocol (IP) pada jaringan GSM dan WCDMA. Core network juga mendukung fungsi-fungsi tambahan seperti charging dan lawful interception.

Seperti GSM, GPRS adalah sistem open standards dengan badan standarisasinya disebut 3GPP.

GPRS Tunnelling Protocol (GTP)

GPRS Tunnelling Protocol merupakan protokol yang melewatkan IP dari SGSN ke GGSN pada GPRS core network. GTP adalah protokol yang memungkinkan end users dari GSM atau WCDMA berpindah dari satu tempat ke tempat lain dengan tetap tersambung ke internet dengan koneksi dari lokasi ke Gateway GPRS Support Node (GGSN). GTP melewatkan data subscriber melalui Serving GPRS Support Node (SGSN) ke GGSN yang menghandle session subscribers. GTP yang digunakan oleh GPRS core network adalah sebagai berikut :

GTP-U digunakan untuk transfer “user data” dengan “tunnel” terpisah untuk tiap PDP context
GTP-C digunakan untuk control:

  • setup dan penghapusan PDP contexts
  • verifikasi untuk GSN reachability
  • updates, seperti: pergerakan subscribers dari satu SGSN ke SGSN lain
  • GTP’ untuk transfer “charging data” dari GSN ke “charging function“.

    GGSN dan SGSN (keduanya disebut GSN) menerima pesan GTP-C (GTP-C messages) dengan UDP port 2123 dan GTP-U messages pada port 2152. Komunikasi ini berlangsung dalam single network atau bisa juga international roaming, yang dapat terjadi melalui GPRS Roaming Exchange (GRX).

    “Charging Gateway Function” (CGF) menerima pesan GTP’(GTP’ messages) yang dikirim dari GSN dengan UDP port 3386. Core Network mengirimkan informasi “charging” ke CGF, termasuk waktu aktivasi “PDP context” dan kuantitas/quantity data end users yang telah ditransfer melalui core netwok.

    GPRS Support Nodes (GSN)

    GSN adalah network node yang mendukung GPRS pada GSM core network. Semua GSN harus mempunyai interface Gn dan support GPRS tunnelling protocol (GTP). Terdapat 2 jenis GSN, yaitu GGSN & SGSN.

    GGSN - Gateway GPRS Support Node

    Gateway GPRS support node (GGSN) berfungsi sebagai interface antara GPRS backbone network dan external packet data networks (radio network & IP network). GGSN mengkonversi GPRS packets dari SGSN ke packet data protocol (PDP) format yang sesuai (IP atau X.25) dan kemudian meneruskannya ke packet data network. Sebaliknya PDP address dari incoming data packets dikonversi ke GSM address untuk mobile user. “Re-address packets” dikirimkan ke responsible SGSN. Dalam hal ini, GGSN menyimpan current SGSN address dari user dan profile-nya di location register. GGSN bertanggung jawab memberikan alamat IP dan berperan sebagai “default router” yang menghubungkan UE (User Equipment). GGSN juga melakukan fungsi authentication dan charging.

    SGSN - Serving GPRS Support Node

    Serving GPRS Support Node (SGSN) berperan sebagai pembawa data packets dari dan ke mobile station dalam geographical service area-nya. Fungsi lainnya adalah packet routing dan transfer, mobility management (attach/detach & location management), logical link management, dan authentication & charging. Location register SGSN menyimpan location information (misal, current cell, current VLR) dan user profiles (seperti, IMSI, address(es) digunakan di packet data network) dari semua user GPRS yang ter-register di SGSN ini.

    Fungsi SGSN secara umum:

  • Detunnel paket GTP dari GGSN (downlink)
  • Tunnel paket IP menuju GGSN (uplink)
  • Mobility management, standby mode mobile yang bergerak dari Routing Area ke Routing Area lain.
  • Billing user data
  • Access Point
    Sebuah access point adalah:

  • Sebuah IP network yang memungkinkan sebuah mobile phone dapat terhubung
  • Sebuah kumpulan settings yang digunakan untuk koneksi
  • Opsi tertentu untuk setting di sebuah mobile phone
  • Ketika sebuah GPRS mobile phone “set up” PDP context, dipilih access point, yang dikenal sebagai Access Point Name (APN).

    Contoh: flextronics.mnc012.mcc345.gprs.
    Contoh: internet
    Contoh: mywap

    Access point ini kemudian digunakan untuk query DNS ke private DNS network. Akhir dari proses ini (disebut APN resolution) GGSN memberikan IP address dan menservis access point. Sehinga PDP context dapat diaktifkan.

    PDP Context

    PDP context adalah data terstruktur yang terdapat di SGSN dan GGSN yang berisi “subscriber’s session information” ketika subscriber memiliki “active session”. Bila sebuah mobile phone ingin menggunakan GPRS, pertama kali harus “attach” dan kemudian mengaktifkan PDP context. Alokasi PDP context data structure di SGSN menyatakan bahwa subscriber sedang terhubung dan GGSN menservis subscribers access point. Data yang tersimpan berisi:

    IP address Subscribers
    IMSI Subscribers
    Subscribers

  • Tunnel ID (TEID) di GGSN
  • Tunnel ID (TEID) di SGSN
  • Tunnel ID (TEID) adalah nomor yang dialokasikan oleh GSN menyangkut data yang ditunnel untuk PDP context tertentu.

    Terdapat 2 jenis PDP contexts:

    Primary PDP Context
    - Mempunyai unique IP address

    Secondary PDP Context
    -”Share” IP address dengan PDP context lainnya,
    -Dibuat berdasarkan PDP context existing (untuk men-share IP address)
    -Secondary PDP contexts bisa mempunyai Quality Of Service setting yang berbeda

    A total of 11 PDP contexts (with any combination of Primary and Secondary) can co-exist.

    Interfaces in the GPRS network
    Gb - Interface between the Base Station Subsystem and the SGSN the transmission protocol could be Frame Relay or IP.
    Gn - IP Based interface between SGSN and other SGSNs and (internal) GGSNs. DNS also shares this interface. Uses the GTP Protocol.
    Gp - IP Based interface between internal SGSN and external GGSNs. Between the SGSN and the external GGSN, there is the Border Gateway (which is essentially a firewall). Also uses the GTP Protocol.
    Ga - The interface servers the CDRs (Accounting records) which are written in the GSN and sent to the CG (Charging Gateway). This interface uses an GTP Protocol, with extensions that supports CDRs (Called GTP’ or GTP prime).
    Gr - Interface between the SGSN and the HLR. Messages going through this interface uses the MAP3 Protocol.
    Gd - Interface between the SGSN and the SMS Gateway. Can use MAP1, MAP2 or MAP3.
    Gs - Interface between the SGSN and the MSC (VLR). Uses the BSSAP+

    Protocol. This interface allows paging and station availability when it performs data transfer. When the station is attached to the GPRS network, the SGSN keeps track of which RA (Routing Area) the station is attached to. An RA is a part of a larger LA (Location Area). When a station is paged this information is used to conserve network resources. When the station performs a PDP Context, the SGSN has the exact BTS the station is using.

    Gi - The interface between the GGSN and other external networks (Internet/WAP). Uses the IP protocol.

    Ge - The interface between the SGSN and the SCP (Service Control Point). Uses the CAP Protocol.

    Gx - The on-line policy interface between the GGSN and the CRF (Charging Rules Function). It is used for provisioning service data flow based charging rules. Uses the Diameter Protocol.

    Gy - The on-line charging interface between the GGSN and the OCS (Online Charging System). Uses the Diameter Protocol (DCCA application).

    Gz - The off-line charging interface between the GSN and the CG (Charging Gateway). Uses the CDRs (Accounting records).

    Masalah Security Pada Jaringan

    Permasalahan security secara luas sedang hangat-hangatnya menjadi topik yang sering didiskusikan di negara ini termasuk juga apa yang sedang dipermasalahkan di Amerika. Security hampir memasuki semua aspek kehidupan khususnya menyangkut pada hal-hal yang dikategorikan berharga. Dalam dunia teknologi informasi, masalah security menjadi prioritas utama karena banyak informasi berharga yang harus dilindungi. Jaringan global dimana setiap orang bisa bergabung di dalamnya seperti internet memberikan beberapa keuntungan seperti orang bisa melakukan komunikasi, transfer data tanpa dibatasi jarak dan waktu. Namun demikian karena jaringan internet adalah jaringan publik maka membuka kemungkinan orang-orang tertentu dengan tujuan tertentu mencoba melakukan akses secara ilegal pada jaringan orang lain.

    xDSL sebagai perangkat di jaringan akses menjanjikan berbagai kelebihan seperti kecepatan transfer data yang sangat tinggi, akses beberapa layanan secara simultan dengan menggunakan satu macam media fisik dan memberikan koneksi yang bersifat “always on” sehingga pelanggan bisa menggunakan selama 24 jam sehari seperti halnya pada wireless WAN maupun cable modem. Sifat yang terakhir ini memberikan peluang bagi user ilegal untuk dapat mencoba-coba memasuki jaringan yang terhubung ke xDSL tersebut. Satu hal yang cukup melegakan adalah hubungan dalam xDSL bersifat point to point antara pelanggan dengan sisi sentral. Hal ini tentu saja lebih baik bila dilihat dari kacamata security ketimbang koneksi yang bersifat point to multipoint atau juga medium shared.

    Bentuk Penyerangan
    Sistem jaringan komputer dapat diserang dengan menggunakan beberapa jenis serangan misalnya:
    Denial of service: Membanjiri suatu IP address dengan data sehingga menyebabkan crash atau kehilangan koneksinya ke internet.
    o) Distributed Denial of Service: Memakai banyak komputer untuk meluncurkan serangan DoS. Seorang hacker “menculik” beberapa komputer dan memakainya sebagai platform untuk menjalankan serangan, memperbesar intensitasnya dan menyembunyikan identitas si hacker.
    o) Theft of Information: Penyerang akan mencuri informasi rahasia dari suatu perusahaan. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan program pembobol password, dan lain-lain.
    Corruption of Data: Penyerang akan merusak data yang selama ini disimpan dalam harddisk suatu host.

    Proses Serangan dan Alat yang digunakan
    Langkah pertama yang biasa digunakan dalam penyerangan adalah mempelajari target yang akan diserang tak ubahnya seperti operasi militer. Tujuannya adalah membentuk basis data atau informasi jaringan yang dituju dan menggali informasi tentang host-host yang menempel pada jaringan tersebut. Hackers menggunakan beberapa aplikasi untuk mengumpulkan informasi yang diperlukan, misalnya dengan menggunakan:
    - Finger Protocol: protokol ini memberikan informasi detail tentang user.
    - Ping Program: digunakan untuk melihat aktifasi hubungan dari satu host ke host yang lain.
    - SNMP: digunakan untuk mengakses routing table router yang tidak diproteksi utk melihat topologi jaringan.
    - Trace Route: digunakan untuk melihat route jaringan yang digunakan
    - penyerang menuju ke host yang dituju.

    Setelah semua informasi yang diperlukan untuk penyerangan diperoleh maka langkah berikutnya adalah melakukan serangan pertama untuk melihat lebih jauh kelemahan jaringan dengan menggunakan serangkaian tools seperti Internet Security Scanner (ISS) atau Security Analysis Tool for Auditing (SATAN), program ini akan menginformasikan kelemahan dari sistem yang dituju dan dapat melakukan scanning seluruh domain atau sub network. Setelah serangan pertama berhasil maka akan dilakukan serangan berikutnya tergantung dari tujuan sang penyerang. Bentuk penyerangannya sesuai dengan penjelasan di atas.
    Perkembangan teknologi yang demikian pesatnya dewasa ini telah melahirkan beberapa teknologi yang kadang-kadang di luar perkiraan manusia pada umumnya. Teknologi wireless sudah sangat maju dalam dekade terakhir seiring dengan tingkat mobilitas pengguna, ditandai dengan jumlah user yang meningkat dari tahun ke tahun.

    8 Tips Keamanan Jaringan Nirkabel di Rumah Anda


    Saat ini banyak orang yang mulai memasang jaringan komputer nirkabel di rumah mereka (wireless home network) yang mana bisa segera digunakan oleh mereka untuk terhubung ke internet. Contohnya si Agung, karyawan salah satu perusahaan TI di Surabaya telah berlangganan akses internet ADSL melalui Telkom Speedy. Agung membeli modem ADSL yang dilengkapi pula dengan fasilitas wireless atau Wi-Fi. Dia membeli model itu karena dia memiliki dua buah komputer di rumahnya, sebuah laptop dan desktop PC. Semuanya telah dilengkapi dengan Wi-Fi card dan dia menginginkan semuanya terhubung ke internet melalui access point yang dia buat sendiri. Selain itu Agung juga memiliki sebuah PDA yang mana terkadang dia perlu akses ke internet dari PDA nya ketika dia di rumah. Tepatlah jika ia membangun access point di rumahnya sendiri.

    Tetapi masalah selalu saja muncul. Sudah amankah jaringan nirkabel atau access point yang dia buat? Jangan-jangan di sebelah rumah ada hacker yang mengintip data Anda atau juga malah ikut menikmati akses internet dengan gratis. Untuk itu melalui tulisan kali ini akan disajikan beberapa tips yang berhubungan dengan jaringan nirkabel di rumah Anda.

    1. Ganti Password Administrator default (bila perlu ganti pula usernamenya)
      Jantung dari jaringan Wi-Fi di rumah Anda adalah access point atau router. Untuk melakukan set up dari peralatan access point ini, maka vendor dari access point device akan memberikan suatu interface yang berbasis web, dimana untuk masuk ke dalam interface ini maka Anda harus mengisikan username dan password. Sementara itu, pada beberapa kasus, peralatan access point tersebut di set oleh vendor dengan suatu username dan password tertentu yang mudah ditebak oleh pengguna. Untuk itu Anda harus mengganti password default dari access point Anda. Bahkan bila perlu Anda juga ubah username yang ada.
    2. Aktifkan enkripsi
      Semua peralatan Wi-Fi pasti mendukung beberapa bentuk dari keamanan data. Intinya enkripsi akan mengacak data yang dikirim pada jaringan nirkabel sehingga tidak mudah dibaca oleh pihak lain. Peralatan Wi-Fi saat ini sudah menyediakan pilihan teknologi security yang bisa Anda gunakan sesuai dengan kebutuhan. Pastikan semua peralatan dalam jaringan nirkabel Anda juga menggunakan setting security yang sama seperti yang digunakan pada access point.
    3. Ganti SSID default
      Access point atau router menggunakan suatu nama jaringan yang disebut dengan SSID. Vendor biasanya memberi nama produk access point mereka dengan suatu default SSID. Sebagai contoh, SSID yang dirilis oleh Linksys biasanya adalah "linksys". Kenyataannya memang apabila seseorang mengetahui sebuah SSID maka ia belum tentu bisa membobol jaringan tersebut, tetapi paling tidak ini adalah suatu awal baginya. Di mata seorang hacker, apabila melihat suatu SSID yang masih default, maka itu indikasi bahwa access point tersebut tidak dikonfigurasi dengan baik dan ada kemungkinan untuk dibobol. Ganti SSID default Anda segera setelah Anda menset-up access point.
    4. Aktifkan MAC Address filtering
      Setiap peralatan Wi-Fi pastilah memiliki suatu identifikasi yang unik yang dinamakan "physical address" atau MAC address. Access point atau router akan mencatat setiap MAC address dari peranti yang terhubung kepadanya. Anda bisa set bahwa hanya peranti dengan MAC address tertentu saja yang boleh mengakses ke dalam jaringan nirkabel Anda. Misalnya PDA Anda memiliki MAC address tertentu, kemudian Anda masukkan MAC address PDA Anda ke dalam filter MAC address pada access point Anda. Jadi yang bisa terhubung ke jaringan sementara ini hanyalah dari PDA Anda. Tapi Anda juga tetap hati-hati, karena hacker bisa saja membuat MAC address tipuan untuk mengakali filtering ini.
    5. Matikan broadcast dari SSID
      Dalam jaringan Wi-Fi, maka access point atau router biasanya akan membroadcast SSID secara reguler. Fitur ini memang sengaja didesain bagi hotspot area yang mana klien Wi-Fi pada area tersebut bisa saja datang dan pergi dengan cepat. Dalam kondisi di rumah Anda yang mana SSID nya pasti sudah Anda ketahui sendiri, maka fitur ini tidak perlu diaktifkan karena bisa mengundang tetangga sebelah untuk mengetahui SSID Anda atau juga mencegah orang lain menumpang jaringan internet Anda dengan gratis. Anda bisa nonaktifkan fasilitas broadcast SSID ini demi keamanan jaringan Anda.
    6. Berikan alamat IP statis kepada peranti Wi-Fi
      Saat ini cenderung orang memanfaatkan DHCP untuk memberikan alamat IP secara otomatis kepada klien yang ingin terhubung ke jaringan nirkabel. Ini memang cara yang cepat dan mudah bagi jaringan Anda, tetapi ingat bahwa ini juga cara mudah bagi hacker untuk mendapatkan alamat IP yang valid pada jaringan nirkabel Anda. Anda bisa mematikan fitur DHCP pada acces point dan set suatu rentang alamat IP yang sudah fix dan set pula peranti Wi-Fi Anda yang ingin terkoneksi ke access point dengan rentang alamat-alamat IP yang fix tadi.
    7. Pikirkan lokasi access point atau router yang aman
      Sinyal Wi-Fi secara normal bisa menjangkau sampai keluar rumah Anda. Sinyal yang bocor sampai keluar rumah sangat berisiko tinggi untuk timbulnya eksplotasi terhadap jaringan nirkabel Anda. Anda harus meletakkan peralatan access point Anda pada daerah sekitar ruang tengah dari rumah Anda. Jangan sekali-kali meletakkan access point atau router di dekat jendela, karena akan semakin meningkatkan jangkauan sinyal Wi-Fi Anda ke luar rumah.
    8. Matikan saja jaringan nirkabel jika sedang tidak digunakan
      Aturan keamanan yang paling ampuh adalah dengan mematikan peralatan jaringan atau access point ketika sedang tidak digunakan. Misalnya saja, jangan sekali-kali meninggalkan rumah dengan Wi-Fi yang menyala, walaupun itu untuk keperluan download data. Access point yang menyala tanpa ada yang memantau sangat berisiko tinggi terhadap eksploitasi.

    Hybrid Fiber Coax (HFC), Evolusi Jaringan Koaksial Tradisional

    Teknologi di bidang telekomunikasi memang berkembang sangat cepat, dimana kita dituntut untuk bisa menciptakan inovasi-inovasi baru dari teknologi yang telah ada sebelumnya, sehingga bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Tidak salah jika kita lebih mengetahui secara jelas teknologi yang telah ada untuk dijadikan referensi pengembangan pengetahuan. Salah satu teknologi yang sudah ada dan tersedia adalah teknologi jaringan HFC (Hybrid Fiber Coax).

    Hybrid Fiber Coax atau biasa disebut dengan HFC merupakan salah satu alternatif jenis teknologi jaringan akses yaitu, Full Service Access Network menggunakan media fisik (wireline), selain itu juga ada Hybrid Fiber Cooper dan Full Fiber. Full Service Access Network merupakan jaringan akses yang dapat memberikan layanan berbasis suara (voice), data, dan video melalui suatu platform jaringan akses yang sama.

    Sedangkan jaringan akses sendiri, didefinisikan sebagai jaringan yang menghubungkan antara Service Network Interface (SNI) dengan User Network Interface (UNI). Aplikasi jaringan akses dapat dilihat pada Public Switched Telephone Network (PSTN) yang memberikan layanan telepon, dimana jaringan aksesnya berupa hubungan antara sentral telepon dengan pesawat telepon.

    Selain jaringan akses, ada pula jaringan transport, yaitu jaringan yang menghubungkan antara Service Network Interface (SNI) yang satu dengan yang lainnya. Dapat dianalogikan pada PSTN yaitu hubungan antar sentral telepon satu dengan yang lainnya.

    Definisi Jaringan HFC
    Jaringan HFC merupakan evolusi teknologi jaringan Cable TV (CaTV) berbasis kabel koaksial sebagai media transmisi untuk aplikasi layanan TV Broadcast. Tuntutan kebutuhan akan teknologi terutama fitur-fitur layanan yang diinginkan semakin bertambah, maka pada perkembangan jaringan akses selanjutnya ditambahkan layanan Video on Demand (VoD), data, telepon, serta layanan TV Broadcast sendiri pada aplikasi layanan jaringan HFC.

    Hybrid Fiber Coax merupakan salah satu teknologi jaringan akses yang dibentuk atas dasar kombinasi jaringan optik dan koaksial. Awalnya, teknologi HFC banyak digunakan oleh operator TV kabel untuk menyalurkan layanan TV secara broadcast melalui kabel. Namun, seiring perkembangan jaman, teknologi HFC lebih berkembang dalam fitur-fitur layanannya secara sekaligus, yaitu TV kabel itu sendiri, telepon, internet, dan Video on Demand. Fitur-fitur tersebut memungkinkan dikirimkan sekaligus menggunakan jaringan HFC, yang memiliki kemampuan penyediaan bandwidth yang besar dan kecepatan transmisi data yang tinggi.

    Kebutuhan multimedia yang lebih interaktif merupakan salah satu aspek penting penunjang berkembangnya jaringan HFC. Jaringan HFC yang semula dirnacang untuk infrastruktur layanan searah, dioptimalisasi menjadi infrastruktur layanan pita lebar dua arah, sehingga menjadikan layanan HFC sebagai alternative layanan yang ekonomis diantara beberapa perencanaan platform jaringan akses pita lebar yang lain, seperti ASDL dan SDV.

    Keunggulan jaringan HFC adalah mengkombinasikan keunggulan lebar pita frekuensi serat optik yang sangat lebar, dan sifat shared kabel koaksial.

    Sedangkan keunggulan dari serat optik itu sendiri adalah, pada penggunaan jaringan utama TV Kabel adalah untuk mereduksi derau yang disebabkan oleh penguat yang dikaskade, sehingga menghasilkan kualitas sinyal di jaringan kabel koaksial tetap terjaga dengan baik. Selain itu, kelebihan serat optik adalah dapat meningkatkan kehandalan dalam perencanaan kabel.

    Sistem transmisi yang digunakan pada jaringan HFC adalah transmisi analog dengan menggunakan metoda Sub Carrier Multiplexing (SCM), dimana semua sinyal informasi untuk layanan TV Broadcast, VoD, data, dan telepon dimodulasi terlebih dahulu menjadi sinyal RF, kemudian sinyal RF tersebut diubah menjadi sinyal optik dan dikirimkan menggunakan media transmisi fiber optik sampai ke fiber node. Pada fiber node, sinyal optik diubah kembali menjadi sinyal RF dan didistribusikan ke rumah-rumah pelanggan menggunakan kabel koaksial. Di rumah pelanggan, sinyal RF kemudian diubah kembali menjadi sinyal informasi semula oleh terminal pelanggan yang sesuai untuk masing-masing layanan.

    Komponen – komponen penyusun jaringan HFC

    • Mater Headend, sebagai pusat layanan informasi dari jaringan HFC, dimana sinyal dari berbagai sumber (seperti sinyal satelit, sinyal off air) diterima dan diubah menjadi bentuk transmisi sinyal RF.
    • Distribution Hub, pusat distribusi jaringan akses yang menuju rumah-rumah pelanggan. Dapat dianalogikan dengan STO pada PSTN.
    • Fiber Node, terdiri atas optoelektronik dan power inserter, berfungsi untuk mengubah sinyal optik menjadi sinyal elektrik, kemudian didistribusikan ke jaringan koaksial atau sebaliknya.
    • Express Amplifier, sebagai penguat level sinyal yang turun akibat redaman transmisi pada kabel express yang bertujuan untuk memperluas jangkauan pelayanan fiber node.
    • Feeder Amplifier, sebagai penguat pada jaringan kabel koaksial yang menuju ke pelanggan.
    • Tap, adalah gabungan dari splitter dan directional couplers, sebagai komponen pasif untuk mencabangkan sinyal dari kabel koaksial ke rumah-rumah pelanggan secara efektif.
    • Splitter, merupakan komponen pasif yang digunakan untuk membagi suatu sinyal input ke dua kabel output dengan sama besar.

    Segmentasi Jaringan HFC
    Adapun segmentasi pada jaringan HFC, dapat dikelompokkan menjadi 4 segmen dengan fungsi yang berbeda, yaitu:

    • Segmen 1
      Optikal Transport Link atau jaringan transport optik, atau dikenal dengan jaringan trunk, yaitu hubungan antara headend dengan distribution hub, baik berupa transmisi analog maupun transmisi digital.
    • Segmen 2
      Optikal Distribution Link ( Jaringan Distribusi Fiber ), untuk menghubungkan antara distribution hub dengan fiber node menggunakan teknologi optik analog.
    • Segmen 3
      Coaxial Distribution Link (Jaringan Distribusi Koaksial), untuk mendistribusikan sinyal RF yang membawa layanan jaringan HFC dari fiber node ke lokasi-lokasi pelanggan atau sebaliknya. Jaringan distribusi koaksial ini membentuk struktur jaringan tree and branch, terdiri atas komponen-komponen jaringan.
    • Segmen 4
      Drop pelanggan, merupakan hubungan terakhir antara sistem feeder pasif, yaitu tap ke rumah atau CIU.

    Aplikasi Layanan HFC
    Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengklasifikasikan jenis-jenis aplikasi layanan HFC, antara lain adalah:

    • Layanan video
      Diantaranya adalah off air TV, Pay per View, Pay per Channel, Video on Demand, Game on Demand, Music on Demand.
    • Layanan data, antara lain adalah:
      • Portal services
      • e-commerce
      • telemedicine
      • telelearning
      • VoIP
      • Video conference
      • Video streaming
      • Audio streaming
    • Layanan suara, berupa layanan telepon dengan teknik packet cable dengan standar NCS-MGCP yang sekualitas dengan PSTN.

    Namun, perancangan jaringan HFC sendiri, memerlukan dukungan dari semua infrastruktur yang ada, diantaranya adalah pengumpulan data, baik internal maupun eksternal, kemudian diperlukan juga persyaratan teknis, dan yang terpenting adalah adanya tenaga ahli yang professional di bidangnya agar dapat menjalankan perencanaan dengan matang dengan keberhasilan sesuai yang diharapkan.

    Teknologi Jaringan Internet Broadband Berbasis Multimedia

    Lagi-lagi jaringan akses memegang kendali perkembangan teknologi layanan broadband. Kali ini, berbicara tentang keluarga jaringan akses, yaitu jaringan akses tembaga, ADSL. Mungkin, istilah ini sudah sering kita dengar, atau bahkan sering kita gunakan sebagai salah satu kosakata dalam pembicaraan. Tidak ada salahnya, jika kita mengetahui lebih jelas tentang ADSL secara detail dan juga “DSL Family” tentunya.

    Mengenal ADSL
    Dominasi jaringan kabel berdampak positif terhadap perkembangan jaringan di Indonesia, salah satunya adalah ADSL dengan jaringan kabel tembaganya. Dengan teknologi broadband yang berkembang pesat, ADSL merupakan salah satu diantara teknologi broadband yang ada, selain teknologi cable dan fixed wireless.

    ADSL (Asymmetric Digital Subscriber Line) merupakan metode transmisi data digital berkecepatan tinggi melalui kabel tembaga. ADSL mampu mengirimkan data dengan kecepatan bit yang tinggi, berkisar antara 1.5 Mbps – 8 Mbps untuk arah downstream (sentral – pelanggan), dan antara 16 Kbps – 640 Kbps untuk arah upstream (pelanggan – sentral). Kemampuan transmisi ADSL inilah yang mampu mengirimkan layanan interaktif multimedia melalui jaringan akses tembaga.

    ADSL sendiri merupakan salah satu anggota dari “DSL Family”. Teknologi x-DSL sendiri mempunyai berbagai macam variasi, yaitu:

    • Asymmetrical Digital Subscriber Line (ADSL)
    • Consumer Digital Subscriber Line (CDSL)
    • ISDN-Digital Subscriber Line (IDSL)
    • High bit rate Digital Subscriber Line (HDSL)
    • Single High Speed DSL (SHDSL)
    • Rate-adaptive Digital Subscriber Line (RADSL)
    • Very High bit-rate Digital Subscriber Line (VDSL)
    • Single or Symmetric Digital Subscriber Line (SDSL)

    ADSL merupakan anggota dari ”DSL Family” yang paling popular diantara variasi x-DSL yang ada.

    Atau lebih jelasnya, dapat kita lihat dalam tabel berikut ini:

    Istilah “Asymmetric” berasal dari adanya perbedaan antara kecepatan tranmsmisi (rate) dari arah downstream lebih besar daripada arah upstream. Adanya perbedaan kecepatan transmisi antara sisi downstream dan upstream dikarenakan kebutuhan koneksi internet lebih banyak digunakan untuk mengambil data (download) dari jaringan utama dibandingkan dengan pengiriman informasi (upload).

    Perbedaan penggunaan frekuensi unuk mengirimkan sinyal / data menjadikan perbedaan antara modem konvensional dengan modem ADSL, dimana frekuensi modem konvensional yang digunakan dibawah 4 Ghz, sedangkan modem ADSL digunakan frekuensi diatas 4 Ghz.

    ADSL membagi bandwith menjadi 2 bagian:

    • Band frekuensi rendah (0 ~ 4 kHz) untuk voice (POTS) atau fax.
    • Band frekuensi tinggi (26 kHz ~ 1.1 MHz) untuk data.
    • Antara 4kHz - 26kHz digunakan sebagai ‘guard band’.

    Dalam menyediakan layanan-layanan ADSL, diperlukan komponen-komponen penting, yaitu:

    • Transport System sebagai penyedia interface transmisi backbone untuk sistem DSLAM.
    • LAN (Local Area Network), menggunakan local carrier inter-CO network sebagai pondasi, seperti ATM yang paling efisien.
    • DSLAM (Multiservice Digital Subscriber Line Access Multiplexer) sebagai konsentrator trafik data dari berbagai loop DSL yang akan dikirimkan ke backbone network untuk dihubungkan lagi ke jaringan lainnya.
    • DSL Transceiver Unit (ATU-R), biasanya berupa 10base-T, V.35, ATM-25 atau T1/E1, dapat juga digunakan untuk bridging, routing dan multiplexing.
    • POTS splitter, memungkinkan loop digunakan untuk transmisi data kecepatan tinggi danjuga komunikasi telepon.

    Cara Kerja Teknologi ADSL
    Proses “dial – up connection“ mendasari kinerja ADSL. Ketika ada permintaan dari user atau pelanggan, maka modem ADSL di sisi sentral akan langsung memprosesnya dengan cara memisahkan antara informasi data, suara atau multimedia yang dilakukan oleh splitter. Berbeda halnya dengan jaringan fixed telephone yang menggunakan proses “call set-up“ yang harus melalui proses dial tone terlebih dahulu.

    Selanjutnya informasi tersebut akan dilewatkan melalui MDF-RK-DP hingga KTB, kemudian di sisi pelanggan informasi data tersebut masuk ke splitter lagi, jika informasinya berupa akses internet (data) maka akan dimasukkan ke modem ADSL sisi pelanggan diteruskan ke PC user, jika berupa suara dari splitter langsung ke telepon, jika yang diminta video dari splitter masuk ke modem ADSL lalu masuk ke Set Top Box (STB) baru ke layar TV.

    Kelebihan Penggunaan Teknologi ADSL
    Adapun kelebihan yang dimiliki jaringan broadband ADSLini diantaranya adalah:

    • Mudah dalam instalasi.
    • Hemat investasi karena menggunakan jaringan kabel existing untuk pengembangan jaringan baru.
    • Menawarkan kecepatan hingga 125x lebih cepat dibandingkan dengan 56k modem.
    • Koneksi yang mudah sehingga tidak perlu melakukan dial-up lagi.
    • Kestabilan koneksi dan keamanan lebih terjamin karen koneksi dilakukan dengan kabel sendiri yang bersifat point-to-point.
    • ADSL memberikan kemampuan Internet dan Voice/Fax secara simultan. Ini berarti kita dapat Surfing internet dan menggunakan Telepon atau Fax pada saat bersamaan. Ini akan memberikan kepuasan untuk menikmati High-Speed Internet Access tanpa kehilangan kontak telepon dengan relasi.
    • Trafik menerima data lebih besar daripada pengiriman, sehingga cocok digunakan pada level pengguna akhir, seperti untuk kebutuhan multimedia.

    Kekurangan Aplikasi ADSL
    Ibaratnya manusia, tidak ada manusia yang sempurna. Begitu pula dengan ADSL sendiri, memiliki kekurangan dalam penggunaannya. Diantaranya adalah sebagai berikut:

    • Menurunnya kualitas sambungan dan kecepatan transfer data akibat jauhnya jarak user dengan STO
    • Kabel tembaga tua dapat menurunkan kualitas sambungan dan menurunkan kecepatan.
    • Koneksi asimetris berarti waktu upload akan lebih lama daripada download.
    • Cakupan area yang sempit, maksimal 5.5 km dalam keadaan normal.

    Jaringan Komputer Nirkabel dan Tipe-Tipenya

    Teknologi jaringan nirkabel sebenarnya terbentang luas mulai dari komunikasi suara sampai dengan jaringan data, yang mana membolehkan pengguna untuk membangun koneksi nirkabel pada suatu jarak tertentu. Ini termasuk teknologi infrared, frekuensi radio dan lain sebagainya. Peranti yang umumnya digunakan untuk jaringan nirkabel termasuk di dalamnya adalah komputer, komputer genggam, PDA, telepon seluler, tablet PC dan lain sebagainya. Teknologi nirkabel ini memiliki kegunaan yang sangat banyak. Contohnya, pengguna bergerak bisa menggunakan telepon seluler mereka untuk mengakses e-mail. Sementara itu para pelancong dengan laptopnya bisa terhubung ke internet ketika mereka sedang di bandara, kafe, kereta api dan tempat publik lainnya. Di rumah, pengguna dapat terhubung ke desktop mereka (melalui bluetooth) untuk melakukan sinkronisasi dengan PDA-nya.

    Standarisasi
    Untuk menekan biaya, memastikan interoperabilitas dan mempromosikan adopsi yang luas terhadap teknologi nirkabel ini, maka organisasi seperti Institute of Electrical and Electronics Engineers (IEEE), Internet Engineering Task Force (IETF), Wireless Ethernet Compatibility Alliance (WECA) dan International Telecommunication Union (ITU) telah berpartisipasi dalam berbagai macam upaya-upaya standarisasi. Sebagai contoh, kelompok kerja IEEE telah mendefinisikan bagaimana suatu informasi ditransfer dari satu peranti ke peranti lainnya (dengan menggunakan frekuensi radio atau infrared misalnya) dan bagaimana dan kapan suatu media transmisi sebaiknya digunakan untuk keperluan komunikasi. Ketika membangun standarisasi untuk jaringan nirkabel, organisasi seperti IEEE telah mengatasi pula masalah power management, bandwidth, security dan berbagai masalah unik yang ada pada dunia jaringan nirkabel.

    Tipe dari Jaringan Nirkabel
    Sama halnya seperti jaringan yang berbasis kabel, maka jaringan nirkabel dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa tipe yang berbeda berdasarkan pada jarak dimana data dapat ditransmisikan.

    • Wireless Wide Area Networks (WWANs)
      Teknologi WWAN memungkinkan pengguna untuk membangun koneksi nirkabel melalui jaringan publik maupun privat. Koneksi ini dapat dibuat mencakup suatu daerah yang sangat luas, seperti kota atau negara, melalui penggunaan beberapa antena atau juga sistem satelit yang diselenggarakan oleh penyelenggara jasa telekomunikasinya. Teknologi WWAN saat ini dikenal dengan sistem 2G (second generation). Inti dari sistem 2G ini termasuk di dalamnya Global System for Mobile Communications (GSM), Cellular Digital Packet Data (CDPD) dan juga Code Division Multiple Access (CDMA). Berbagai usaha sedang dilakukan untuk transisi dari 2G ke teknologi 3G (third generation) yang akan segera menjadi standar global dan memiliki fitur roaming yang global juga. ITU juga secara aktif dalam mempromosikan pembuatan standar global bagi teknologi 3G.
    • Wireless Metropolitan Area Networks (WMANs)
      Teknologi WMAN memungkinkan pengguna untuk membuat koneksi nirkabel antara beberapa lokasi di dalam suatu area metropolitan (contohnya, antara gedung yang berbeda-beda dalam suatu kota atau pada kampus universitas), dan ini bisa dicapai tanpa biaya fiber optic atau kabel tembaga yang terkadang sangat mahal. Sebagai tambahan, WMAN dapat bertindak sebagai backup bagi jaringan yang berbasis kabel dan dia akan aktif ketika jaringan yang berbasis kabel tadi mengalami gangguan. WMAN menggunakan gelombang radio atau cahaya infrared untuk mentransmisikan data. Jaringan akses nirkabel broadband, yang memberikan pengguna dengan akses berkecepatan tinggi, merupakan hal yang banyak diminati saat ini. Meskipun ada beberapa teknologi yang berbeda, seperti multichannel multipoint distribution service (MMDS) dan local multipoint distribution services (LMDS) digunakan saat ini, tetapi kelompok kerja IEEE 802.16 untuk standar akses nirkabel broadband masih terus membuat spesifikasi bagi teknologi-teknologi tersebut.
    • Wireless Local Area Networks (WLANs)
      Teknologi WLAN membolehkan pengguna untuk membangun jaringan nirkabel dalam suatu area yang sifatnya lokal (contohnya, dalam lingkungan gedung kantor, gedung kampus atau pada area publik, seperti bandara atau kafe). WLAN dapat digunakan pada kantor sementara atau yang mana instalasi kabel permanen tidak diperbolehkan. Atau WLAN terkadang dibangun sebagai suplemen bagi LAN yang sudah ada, sehingga pengguna dapat bekerja pada berbagai lokasi yang berbeda dalam lingkungan gedung. WLAN dapat dioperasikan dengan dua cara. Dalam infrastruktur WLAN, stasiun wireless (peranti dengan network card radio atau eksternal modem) terhubung ke access point nirkabel yang berfungsi sebagai bridge antara stasiun-stasiun dan network backbone yang ada saat itu. Dalam lingkungan WLAN yang sifatnya peer-to-peer (ad hoc), beberapa pengguna dalam area yang terbatas, seperti ruang rapat, dapat membentuk suatu jaringan sementara tanpa menggunakan access point, jika mereka tidak memerlukan akses ke sumber daya jaringan.

      Pada tahun 1997, IEEE meng-approve standar 802.11 untuk WLAN, yang mana menspesifikasikan suatu data transfer rate 1 sampai 2 megabits per second (Mbps). Di bawah 802.11b, yang mana menjadi standar baru yang dominan saat ini, data ditransfer pada kecepatan maksimum 11 Mbps melalui frekuensi 2.4 gigahertz (GHz). Standar yang lebih baru lainnya adalah 802.11a, yang mana menspesifikasikan data transfer pada kecepatan maksimum 54 Mbps melalui frekuensi 5 GHz.
    • Wireless Personal Area Networks (WPANs)
      Teknologi WPAN membolehkan pengguna untuk membangun suatu jaringan nirkabel (ad hoc) bagi peranti sederhana, seperti PDA, telepon seluler atau laptop. Ini bisa digunakan dalam ruang operasi personal (personal operating space atau POS). Sebuah POS adalah suatu ruang yang ada disekitar orang, dan bisa mencapai jarak sekitar 10 meter. Saat ini, dua teknologi kunci dari WPAN ini adalah Bluetooth dan cahaya infra merah. Bluetooth merupakan teknologi pengganti kabel yang menggunakan gelombang radio untuk mentransmisikan data sampai dengan jarak sekitar 30 feet. Data Bluetooth dapat ditransmisikan melewati tembok, saku ataupun tas. Teknologi Bluetooth ini digerakkan oleh suatu badan yang bernama Bluetooth Special Interest Group (SIG), yang mana mempublikasikan spesifikasi Bluetooth versi 1.0 pada tahun 1999. Cara alternatif lainnya, untuk menghubungkan peranti dalam jarak sangat dekat (1 meter atau kurang), maka user bisa menggunakan cahaya infra merah.

      Untuk menstandarisasi pembangunan dari teknologi WPAN, IEEE telah membangun kelompok kerja 802.15 bagi WPAN. Kelompok kerja ini membuat standar WPAN, yang berbasis pada spesifikasi Bluetooth versi 1.0. Tujuan utama dari standarisasi ini adalah untuk mengurangi kompleksitas, konsumsi daya yang rendah, interoperabilitas dan bisa hidup berdampingan dengan jaringan 802.11.